SERGAI – Malam itu, Rabu (23/4/2025), suasana di Warung Kopi Kamboja salah satu tongkrongan paling populer di Kota Perbaungan terasa lebih hangat dari biasanya. Bukan hanya karena aroma kopi yang menggiurkan atau berbincang hangat kepada para pengunjung, tapi karena hadirnya dua suara merdu yang memecah riuh malam itu, Yapim Tri Ganda dan Atasya Ramadani.
Dua remaja ini bukan musisi profesional. Mereka adalah siswa dari Lingkungan II Pondok Monyet, Kelurahan Melati Kebun, Kecamatan Pegajahan, yang mengisi waktu luang dengan mengamen keliling. Salah satu titik rutin mereka adalah Warung Kopi Kamboja, yang terletak tepat di depan Masjid Raya Sulaimaniyah, Kota Perbaungan.
Dengan hanya berbekal gitar sederhana dan keberanian, Yapim dan Atasya menghadirkan suasana syahdu di tengah keramaian. Para pengunjung, yang awalnya datang hanya untuk menikmati kopi dan bersantai, tiba-tiba teringat, larut dalam irama dan lirik yang dibawakan dengan tulus.
“Uangnya kami tabung, sebagian buat jajan. Kami masih sekolah, jadi ini juga cara kami belajar tanggung jawab dan membantu orang tua,” ujar Yapim dengan senyum malu-malu. Di tempatnya, Atasya mengangguk pelan, menegaskan kebersamaan mereka dalam setiap langkah.
Tak hanya tampil di ruang publik, mereka juga aktif di media sosial melalui kanal YouTube bernama Yapim NST . Di sana, mereka membagikan video cover lagu dan dokumentasi aktivitas musik mereka—sebuah langkah kecil menuju mimpi besar.
Meski bermula dari latar belakang sederhana, semangat mereka dalam berkarya dan tampil di hadapan publik adalah bukti nyata bahwa ketidakmampuan bukanlah batas untuk bermimpi dan menginspirasi.
Penampilan mereka malam itu disambut hangat. Banyak pengunjung yang memberi saweran, bertepuk tangan, bahkan mengabadikan momen.
“Lagu mereka enak didengar, dan yang paling penting, mereka sopan, ramah, dan penuh semangat,” ujar Angga, pelanggan setia Warkop Kamboja.
Warung Kopi Kamboja memang telah lama dikenal sebagai ruang ekspresi bagi musisi jalanan dan seniman lokal. Lokasinya yang strategis dan atmosfernya yang santai menjadikan panggung tak resmi yang penuh makna.
Kisah Yapim dan Atasya lebih dari sekadar hiburan atau penghasilan tambahan. Ini adalah pesan tentang perjuangan, kreativitas, dan semangat anak muda. Mereka membuktikan bahwa siapa pun bisa berkarya, tanpa harus menunggu dewasa, tanpa harus memiliki segalanya.(Angga Waluyo)