MEDAN – Suasana unik terlihat di venue tinju Aula Universitas HKBP Nommensen, Pematangsiantar, pada laga semifinal PON XXI Aceh-Sumut 2024.
Tim kontingen dari Papua Barat mencuri perhatian dengan mengenakan mahkota tradisional khas Papua yang terbuat dari kulit kayu kering, dihiasi kerang dan buah khas Papua, serta dilengkapi bulu kasuari dan bulu kambing yang terpasang di bagian atas.
Penampilan mencolok ini segera menarik perhatian penonton yang hadir untuk menyaksikan pertandingan semifinal yang diikuti oleh 36 atlet putri dan 4 atlet putra dari berbagai daerah dan kelas.
Banyak penonton yang antusias meminta foto bersama atlet dan tim kontingen Papua Barat yang mengenakan mahkota tersebut sebelum pertandingan dimulai.
“Kami mengenakan mahkota dengan bulu burung kasuari sebagai ciri khas orang Papua, meskipun setiap suku memiliki motif yang berbeda-beda,” ujar Klinton Talo, Ketua Pertina sekaligus Manager Tim Kontingen Papua Barat.
Klinton menjelaskan bahwa Papua Barat menurunkan 13 atlet, terdiri dari tujuh putri dan enam putra. Dari jumlah tersebut, empat atlet putri dan satu atlet putra berhasil melaju ke babak semifinal.
“Kami membawa 13 atlet, tujuh putri dan enam putra. Empat putri dan satu putra sudah lolos ke semifinal. Target kami adalah membawa pulang medali, dan kami yakin serta percaya bahwa kami bisa mencapainya,” ungkapnya optimis.
Klinton juga menyampaikan harapannya agar masyarakat, pemerintah provinsi, dan KONI Papua Barat memberikan dukungan dan doa untuk kesuksesan para atlet yang berlaga.
“Kami dari Pertina Papua Barat memohon doa dan dukungan dari pemerintah provinsi, KONI, dan seluruh masyarakat Papua Barat agar para atlet kami dapat meraih hasil maksimal sesuai harapan kami, pengurus Pertina, dan para pelatih,” tambahnya.
Di sela-sela wawancara, Klinton turut mengungkapkan kesannya tentang Kota Pematangsiantar. Menurutnya, kota ini cukup nyaman meskipun cuacanya panas dan kadang hujan.
“Siantar ini kotanya bagus dan nyaman, walau agak panas dan hujan. Kami cukup senang berada di sini. Hanya saja ada sedikit kendala pada makanan, karena lidah kami belum terbiasa dengan rasa makanan di sini,” ujar Klinton. (*)