MAWARTANEWS.com – BATU BARA|
Suatu kejadian dramatis mengguncang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Labuhan Ruku di Kecamatan Talawi, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara. Raman, seorang warga setempat, mencurahkan ketidakpuasannya atas pelayanan yang dianggap tidak adil bagi putrinya, Aira (4 tahun). Kekecewaan ini terbentuk setelah mereka mengalami serentetan kejadian yang meragukan, Senin (18/3/2024).
Dalam kronologis yang membingungkan, Raman bersama Aira tiba di Puskesmas sekitar pukul 10 pagi. Namun, apa yang seharusnya menjadi kunjungan rutin berubah menjadi mimpi buruk. Meskipun telah mendaftar dan menunggu selama lebih dari 2 jam, pemeriksaan terhadap Aira belum juga dilakukan. Keadaan semakin rumit ketika berkas medis Aira tersembunyi di antara berkas pasien lain, memperpanjang waktu tunggu mereka.
Ketidakadilan terasa semakin menggigit ketika beberapa pasien yang baru saja datang diprioritaskan untuk dilayani, sementara mereka terus menunggu dengan sabar. Bahkan, keanehan juga muncul ketika dokter yang seharusnya bertugas di Puskesmas tidak ada di tempat.
Ketegangan mencapai puncaknya ketika seorang petugas Puskesmas dengan seenaknya mengusir Raman dan menyarankan mereka untuk mencari perawatan di tempat lain. Aira, yang sedang menderita kesakitan, hanyut dalam jeritan yang tak terdengar oleh hati nurani oknum yang mengabaikan penderitaan pasien.
Rasa ketidakpuasan dan ketidakadilan Raman tidak hanya terbatas pada kejadian di Puskesmas, tetapi juga merambat hingga ke permintaannya kepada Dinas Kesehatan Batu Bara untuk memberikan sanksi tegas terhadap oknum yang bersangkutan.
“Kejadian ini sangat menyedihkan dan memilukan bagi saya.Saya merasa tidak dihargai sebagai pasien, untuk itu saya meminta kepada Kepala Dinas Kesehatan Batu Bara Dr. Denny Syahputra agar memberikan sanksi tegas ke oknum puskesmas labuhan ruku tersebut,” ungkapnya.
Sedangkan, Dr. Denny Syahputra dari Dinas Kesehatan Batu Bara diharapkan dapat memberikan respon yang tepat dan memberikan solusi untuk menghindari terulangnya kejadian serupa di masa depan.
Namun, dalam keadaan yang membingungkan, Kapus Labuhan Ruku, Dr. H. Sarbaini, belum dapat memberikan konfirmasi terkait insiden yang terjadi di Puskesmas.
Kisah dramatis ini mengundang pertanyaan tentang transparansi, keadilan, dan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Labuhan Ruku.
Semoga kisah ini menjadi titik awal untuk perubahan yang lebih baik dalam sistem kesehatan yang adil dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.(Amri Lubis).