MAWARTANEWS.com, Medan |Medan kini telah memiliki sistem transportasi publik terintegrasi setelah diresmikan oleh Pemerintah Kota Medan dan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. Proyek Mastrans Bus Rapid Transit (BRT) Medan-Binjai-Deli Serdang ini dengan anggaran Rp1,9 triliun yang didanai oleh Bank Dunia.
Tujuan utama proyek ini adalah untuk meningkatkan kualitas transportasi publik di kawasan metropolitan Medan dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di jalan raya. Wali Kota Medan, Bobby Nasution, menyatakan bahwa angkutan massal adalah solusi untuk memastikan kelancaran aktivitas masyarakat di kota tersebut.
“Pemko Medan berkomitmen kuat mengawasi pelaksanaan hingga penyelesaian megaproyek ini. Kehadiran Mastrans BRT Mebidang akan sangat menunjang aktivitas masyarakat di kawasan tersebut di masa depan,” ujar Bobby Nasution usai peluncuran Proyek Mastrans BRT Mebidang di Eks Terminal Amplas, Kota Medan, Jumat (19/4/2024) yang ditandai dengan menekankan tombol sirine bersama pejabat terkait.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Sumut, Agustinus Panjaitan, mengungkapkan bahwa kawasan Medan-Binjai-Deli Serdang memiliki pergerakan populasi yang tinggi dengan sekitar 4,7 juta pergerakan per hari. Proyek ini juga diharapkan dapat mengurangi tingkat kecelakaan yang tinggi di kawasan tersebut.
“Ditargetkan, dari 2020 hingga tahun 2040 nanti terdapat peningkatan penggunaan transportasi publik oleh masyarakat sehingga penggunaan kendaraan pribadi dapat diminimalkan,” tambah Agustinus.
Proyek BRT Mebidang ini telah dipersiapkan sejak 2022 dan direncanakan akan memasuki tahap konstruksi dengan operasional bertahap pada 2024. Koridor khusus sepanjang 21,13 km akan menghubungkan Terminal Amplas hingga Terminal Pinang Baris melalui rute strategis di Kota Medan.
Selain koridor utama, ada 13 rute tambahan yang akan menjangkau seluruh wilayah Medan dan terintegrasi dengan sistem angkutan umum lainnya. Proyek ini juga diharapkan dapat mengubah wajah Kota Medan menjadi lebih modern dan inklusif dengan trotoar yang ramah bagi pejalan kaki dan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas.
“Konsep low deck untuk bus dan trotoar yang ramah bagi semua kalangan akan diterapkan. Dengan hadirnya bus BRT, halte dan trotoar akan terintegrasi secara harmonis,” pungkas Direktur Angkutan Jalan Kementerian Perhubungan Darat, Suharto. (*)