MAWARTANEWS – Sehari setelah memperingati Hari Kesaktian Pancasila, yang selalu dikenang masyarakat setiap 1 Oktober, juga merupakan hari bersejarah untuk Poldasu bersama dengan jajarannya.
Pada hari itu, persisnya pada 2 Oktober 2010 lalu, dinilai sebagai hari kemenangan tanpa neko – neko. Tidak ada rekayasa, seperti kasus tembak – menembak dalam kasus di Duren Tiga, Agustus 2022 kemarin itu.
Sekitar 12 tahun silam, pada tanggal yang disebutkan itu, dapat dikategorikan sebagai Hari Kesaktian Poldasu Saat itu, Kapolda Sumut dipimpin jenderal yang humanis dan sangat dicintai masyakarat.
Dia adalah Irjen Pol Oegroseno. Tidak hanya ditakuti kalangan mafia, kepiawaiannya dalam memimpin Polda Sumut, membawa prestasi yang gemilang. Ketika itu, banyak kasus besar yang berhasil diungkap mantan Kadiv Propam Polri tersebut.
Sehari setelah memperingati Hari Kesaktian Pancasila, menjadi hari yang paling bersejarah bagi Polda Sumut, TNI dan masyarakat. Kenapa begitu? Soalnya, pada hari yang disebutkan itu, Polda Sumut dibantu TNI berhasil menumpas gerombolan bersenjata.
Kelompok sadis ini merupakan pelaku perampokan Bank CIMB Jalan Bhakti kawasan Aksara Medan, beraksi sehari setelah Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI. Saat beraksi, gerombolan bersenjata jenis AK ini menembak mati Brigadir Imanuel Simanjuntak.
Komplotan ini kemudian membawa kabur uang bernilai ratusan juta rupiah dari dalam bank milik swasta itu. Ada sebanyak 11 orang pelaku perampokan, dan semuanya memegang senjata api. Mereka semua mengendarai sepedamotor.
Kasus perampokan yang menewaskan anggota Bromob Polda Sumut itu sontak membuat masyarakat heboh. Polisi turun ke Bank CIMB dan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Tidak hanya Irjen Oegroseno, Kapoltabes Medan, Kombes Pol Tagam Sinaga (sekarang Deputi BNN) dan Dansat Brimob Sumut, Kombes Verdianto Bitticaca (sekarang Kapolda Sulawesi Barat), juga turun ke lokasi kejadian mendampingi Oegroseno.
Poto para pelaku menggunakan helm pun keesokan harinya menyebar di media massa dan media sosial. Sekilas, mereka sempat dicurigai oknum aparat. Bisa dimaklumi, postur tubuh pelaku menyerupai aparat. Selain itu, mereka mahir menggunakan senjata.
Gerombolan bersenjata ini semakin membuat geger republik ini setelah sekitar tiga pekan kemudian. Tidak puas menembak mati Imanuel Simanjuntak, kelompok sadis ini menyerang langsung Markas Polsek Hamparan Perak.
Tiga orang petugas kepolisian yang sedang melaksanakan tugas piket malam, menjadi korban. Ketiganya tewas di tempat setelah diberondong peluru. Para pelaku juga mengobrak – abrik ruangan di dalam markas kepolisian tersebut.
Hari Kesaktian Polda Sumut
Setelah kejadian penyerangan ini, Polda Sumut meningkatkan intensitas pengejaran. Tidak hanya aparat di Polsek seluruh jajaran Polda Sumut, TNI juga dengan inisiatif sendiri ikut bergabung melakukan pengejaran. Hal yang lebih menghebohkan pun terjadi.
Saat itu, masyarakat merasa senang melihat Kapoldasu, yang dikenal baik dan ramah. Masyarakat juga ikut membantu aparat kepolisian dalam mencari informasi kawanan kelompok bersenjata tersebut. Dukungan masyarakat dari Kota Medan, Binjai, Deliserdang hingga Serdang Bedagai.
Awal terungkapnya kasus ini pada tanggal 30 September 2010. Saat itu, masyarakat di Dolok Masihol melihat gelagat sejumlah orang mencurigakan keluar dari dalam perkebunan, menenteng senjata. Para pelaku ini keluar hutan mau membeli makanan.
Masyarakat langsung melaporkan hal itu kepada polisi. Saat itu, Kapolsek dan Wakapolsek turun ke lokasi yang disebutkan. Mobil kapolsek sempat ditembaki para pelaku dan terjadi baku tembak. Kapolsek juga melaporkan informasi itu kepada Kapolres Tebing Tinggi, AKBP Robert Harianto.
Secara bersamaan, AKBP Robert Harianto melaporkan kejadian kepada Kapoldasu Irjen Oegroseno. Kapolda langsung memerintahkan Kapolres supaya menginstruksikan bawahan untuk tetap silent dalam mengejar pelaku.
Malam harinya, Irjen Oegroseno langsung turun ke Dolok Masihol, menyusun strategi untuk menangkap gerombolan bersenjata itu. Persis pada 1 Oktober 2010 dini hari, petugas menyergap kawanan pelaku. Baku tembak kembali terjadi antara petugas kepolisian dengan kelompok bersenjata itu.
Puncak kebersamaan ini terjadi pada 2 Oktober, sehari setelah Hari Kesaktian Pancasila. Irjen Oegroseno bersama Wakapoldasu, saat itu dijabat Brigjen Syafruddin, Dansat Brimob Poldasu Kombes Pol Verdianto Bitticaca dan anak buahnya, langsung turun ke lokasi perkebunan. Aparat TNI juga menurunkan pasukannya.
Pengepungan mengelilingi perkebunan menjadi skenario terbaik. Ini dilakukan agar komplotan ini tidak bisa kabur lagi. Di luar dugaan, masyarakat juga ikut bergabung bersama polisi. Dengan menggunakan sentir dan lampu petromak, masyarakat ikut berjaga di luar kebun.
Irjen Oegroseno, Brigjen Syafruddin, Dansat Brimob Poldasu Kombes Pol Verdianto Bitticaca dan anak buahnya, langsung menyusuri dalam kebun. Mereka juga turun menyusuri derasnya sungai. Pencarian di dalam kebun dilakukan petugas lain. Dalam pengejaran itu, kekompakan pasukan Brimob dengan Sabhara, terlihat sangat jelas.
Tidak pelak lagi, prediksi pimpinan Polda Sumut tidak meleset. Kontak senjata tidak dapat terelakkan lagi. Tidak hanya memiliki senjata M16 maupun jenis revolver, kawanan pelaku ternyata memiliki granat. Meski demikian, polisi tetap ekstra hati – hati di tengah kontak senjata itu.
Strategi penumpasan ini pun membuahkan hasil. Sebanyak 8 orang pelaku bersenjata tewas dalam baku tembak. Sedangkan 3 orang lagi ditangkap dalam kondisi hidup. Satu orang lagi yang merupakan otak pelaku berhasil kabur. Setelah itu, tugas polisi ternyata belum selesai juga.
Berdasarkan keterangan dari salah seorang pelaku yang ditangkap dalam keadaan hidup, ada senjata menyerupai jenis FN, yang jatuh di sungai. Sedangkan senjata M16 milik Imanuel Simanjuntak, sudah ditemukan petugas. Senjata milik alm Imanuel sebelumnya disebutkan terjatuh di sungai. Saat itu, pimpinan Polda Sumut memerintahkan anggotanya melakukan pencarian.
Pencarian senjata dilakukan dengan mengerahkan petugas – petugas handal di lapangan. Tidak menggunakan alat canggih, hanya memanfaatkan alat seadanya. Hasilnya kembali memuaskan, salah satu senjata yang komplotan sadis ini, akhirnya ditemukan di dasar sungai.
Gerombolan bersenjata ini ternyata berada di dalam kebun karena sedang mempersiapkan aksi perampokan. Mereka berencana ingin merampok gaji karyawan PT Inalum. Mereka mengetahui jadwal pengambilan gaji dari bank. Namun aksi itu gagal setelah kontak senjata dengan petugas.
Prestasi gemilang itu yang menjadikan tanggal 2 Oktober ini dianggap masyarakat sebagai Hari Kesaktian Polda Sumut. Institusi ini juga dinilai sakti karena dua bulan sebelum pengungkapan kasus komplotan bersenjata sadis ini, Polda Sumut bekerjasama dengan Poltabes Medan, juga berhasil menangkap 7 orang teroris asal Aceh.
Penangkapan di lakukan di sekitar Medan Kota. Komplotan teroris yang memiliki senjata dan granat itu ditangkap itu tanpa terjadi kontak senjata. Dalam hal ini, polisi dinilai berhasil dengan prestasi memuaskan, tanpa ada melakukan rekayasa. Saat ini, hari kesaktian itu pun masih dinantikan.