KRIMINAL

Mengejutkan, Begini Sosok Pelajar Korban Penembakan di Perbaungan

×

Mengejutkan, Begini Sosok Pelajar Korban Penembakan di Perbaungan

Sebarkan artikel ini
Almarhum MAA (13) semasa Hidup.(Ist)

SERGAI – Sebuah tragedi memilukan baru saja mengguncang masyarakat di Desa Kota Galuh, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. MAA, seorang pelajar berusia 13 tahun dari SMP Negeri 2 Perbaungan, tewas dalam insiden penembakan yang diduga dilakukan oleh oknum anggota TNI AD Kodim 0204/DS.

Kejadian ini tidak hanya meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga menyelimuti sekolah dan masyarakat sekitar dengan rasa duka yang begitu besar.

MAA dikenal sebagai anak yang ceria dan penuh semangat. Menurut Alfi Syahri Siregar, Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Perbaungan, MAA adalah siswa yang baik dan selalu bergaul dengan teman-temannya.

Meski sesekali ia bertingkah seperti anak-anak lain pada usianya, nakal dan suka bercanda, namun hal itu dianggap sebagai bagian dari proses tumbuh kembangnya.

“Selama ini, almarhum dikenal oleh guru-guru sebagai anak yang sopan. Kalau nakal sedikit, itu wajar karena mereka masih dalam masa pertumbuhan. Tapi tidak ada satu pun yang mengira tragedi seperti ini akan menimpa dia,” ujar Alfi dengan suara penuh kesedihan, Selasa (17/9/2024).

BACA JUGA:  Arkhan Fikri: Kebanggaan Serdang Bedagai dan Bintang Muda Piala Presiden 2024

Teman-teman sekolah MAA juga merasa kehilangan. Mereka menceritakan bahwa MAA adalah sosok yang selalu membawa keceriaan ke dalam kelas. Dengan senyum khasnya, MAA kerap membantu teman-temannya dalam mengerjakan tugas atau hanya sekadar menjadi teman bermain yang menyenangkan.

Insiden penembakan ini tentu menjadi sorotan luas. Fakta bahwa pelaku adalah oknum TNI AD membuat kasus ini menjadi lebih kompleks dan menyakitkan.

Masyarakat merasa marah dan kecewa, mengingat seharusnya aparat keamanan menjadi pelindung, bukan sumber ancaman.

Keluarga korban sangat terpukul dan menuntut keadilan. “Kami berharap hukum bisa berjalan adil. Tidak ada yang bisa mengembalikan anak kami, tapi kami ingin pelaku dihukum setimpal,” kata salah satu anggota keluarga MAA.

Kasus ini menambah daftar panjang insiden kekerasan yang melibatkan aparat keamanan. Banyak pihak mendesak agar ada reformasi dalam institusi militer dan penegakan disiplin yang lebih ketat.

BACA JUGA:  Ahmad Syahroni : Kemana Jati Diri Pelajar ?

Tragedi yang menimpa MAA pada Minggu (1/9/2024) lalu, menjadi pengingat bahwa penggunaan senjata api oleh aparat harus disertai tanggung jawab besar, dan kesalahan fatal seperti ini tidak boleh terulang lagi.

Pihak berwenang kini sedang menyelidiki kasus ini, dan diharapkan proses hukum berjalan transparan. Keluarga korban, rekan-rekan sekolah, dan masyarakat menantikan keadilan agar peristiwa ini tidak tenggelam begitu saja.

MAA mungkin sudah tiada, namun kenangannya akan tetap hidup di hati orang-orang yang mencintainya.

Sosoknya yang dikenal sebagai anak baik dan penuh harapan kini tinggal kenangan. Duka yang mendalam masih dirasakan oleh keluarganya, teman-temannya di sekolah, serta para guru yang selama ini membimbingnya.

“Dia adalah anak yang kami harapkan bisa meraih masa depan cerah, tapi takdir berkata lain,” ungkap salah seorang guru yang menitikkan air mata.

Tragedi ini menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa nyawa seseorang, apalagi anak muda yang penuh potensi, begitu berharga dan harus dilindungi.