MAWARTANEWS.com, MEDAN |
Forum Pelestarian Budaya Daerah (FPBD) Provinsi Sumatera Utara audensi kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kaban Kesbangpol) Provinsi Sumatera Utara, Ir Ardan Noor di kantornya Jalan Gatot Subroto Medan.
Kehadiran FPBD Sumut guna melaporkan kegitan workshop penulisan cerita rakyat pada Senin hingga Selasa 18-19 Desember 2023 di Hotel Pancur Gading Deli Serdang.
Ketua FPBD Provinsi Sumatera Utara, Datuq Adil Freddy Haberham SE audensi didampingi Ketua Panitia Drs Harun Al Rasyid dan HA Nuar Erde.
Dalam kesempatan tersebut Datuq Adil memaparkan bahwa program FPBD untuk membukukan cerita rakyat dari kita-kita pada rencana dahulu, kini direalisasikan dalam bentuk program ini.
“Filosopinya sama. Jadi usul Prof Robet agar cerita-cerita rakyat itu diambil langsung dari sumbernya di kabupaten kota. Peserta workhahop dari daerah adalah para Guru Bahasa Idonesia atau ìGuru Sejarah. Sebab mereka yang paham dan mengetahui tentang cerita-cerita rakyat ketika mengajar di kelas SMA maupun SMK,” urai Datuq Adil.
Sementara Ketua Panitia Workshop Penulisan Cerita Rakyat, Drs Harun Al Rasyid menambahkan bahwa peserta nanti akan membawa minimal 5 judul cerita rakyat asal daerah. Pilih satu judul dan kami registrasi agar tidak berbenturan dengan peserta lain.
Lalu cara pengumpulan data dan tekenik penulisannya diajarkan. “Tahun depan direncanakan hasil workshop cerita rakyat ini akan dibukukan dan dibuat dalam tiga bahasa. Yaitu Bahasa Indonesia Bahasa Daerah dan Bahasa Inggris,” papar Harun.
Dalam bincangnya kepada FPBD Sumut, Kaban Kesbangpol Provinsi Sumatera Utara, Ir Ardan Noor MM mendukung dan mengapresiasi program FPBD Sumut. “Tentang persoalan budaya ini, kami serahkan kepada FPBD untuk lebih menelaahnya. Saya berusaha akan hadir untuk acara ini, sebab acara ini bagus,” kata Ardan.
Mengenai buku cerita rakyat akan dicetak.dalam 3 bahasa, Ardan mantan Kadispora Sumut, menyarankan pakai dua bahasa saja. Yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. “Saya saran pakai dua bahasa saja yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Covernya dibuat bagus dengan motif kedaerahan,” usulnya.
Selanjutnya Ardan juga menyarankan agar FPBD Sumut membuat diskusi-diskusi kecil soal budaya. Seperti ada isu yang tak mau disebut suku atau puak tertentu, dengan memanggil tokoh tokoh adat.
“Misal ada perubahan satu suku tak mau disebut masuk suku tertentu, cari apa akar masalahnya, diskusikan dan buat tulisannya sehingga ada kejelesan,” ujar Ardan yang berdialog akrab dengan Datuq Adil Ketua FPBD Sumut. erde