MAWARTANEWS.com, MEDAN |
Perkembangan ikan iblis atau red devil fish sudah semakin luar biasa di Danau Toba dan menyerang dan memakan ikan endemik seperti mujair, nila, ijan emas, ikan batak dan jurung di danau tersebut. Hal ini tentu ini menjadi ancaman serius bagi nelayan dengan adanya predator ikan asing di perairan danau Toba.
Kasus tersebut dan menarik perhatian Dosen Hukum Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara Roy Fachraby Ginting
Oleh karena itu, Roy Fachraby Ginting meminta agar Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Badan Otorita Danau Toba serta Kabupaten yang ikut memiliki di wilayah perairan danau Toba menginisiasi solusi penanggulangan dan pengurangan keberadaan ikan predator (red devil) di Danau Toba.
Pihaknya siap untuk menawarkan solusi berupa pengendalian dan sekaligus menekan perkembangan ikan hama tersebut dengan beberapa langkah dan cara dalam upaya penyelamatan ekonomi nelayan di sekitar danau Toba, kata Roy Fachraby Ginting kepada mawartanews.com, Rabu (27/3).
Roy Fachraby mengatakan, bahwa tujuan untuk menghambat dan menekan keberadaan ikan red devil ini dalam upaya untuk menjamin ketersediaan ikan konsumsi khas danau Toba seperti ikan nila, mujair, lele ikan mas dan ikan batak bisa kembali pulih seperti sedia kala di perairan Danau Toba.
Keberadaan ikan khas ini menjadi salah satu pekerjaan bagi nelayan sebagai sumber pendapatan keluarga untuk dijual sebagai memenuhi kebutuhan hidup dan pangan bagi masyarakat di sekitar danau Toba.
“Saat ini, pendapatan nelayan tersebut semakin berkurang, bahkan ikan khas danau Toba nyaris sulit didapat karena dimangsa oleh ikan red devil,” kata Roy Fachraby Ginting
Roy Fachraby mengharapkan agar Gubernur dan jajaran Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara bisa segera berkolaborasi dengan Badan Otorita Danau Toba dan Bupati yang memiliki wilayah danau Toba agar bisa duduk bersama untuk mengatasi dan membuat solusi atas permasalahan keberadaan ikan red devil sudah memasuki tingkat kecemasan bagi nelayan dan masyarakat di sekitar perairan danau Toba.
Hal ini mengingat hasil produksi ikan khas danau Toba sebagai ikan konsumsi sudah sangat sedikit dan sulit untuk berkembang, pungkas Roy Fachraby Ginting.